Kamis, 04 Juli 2013

AMNESTY DAN GRASI BAGI TAPOL BUKAN INISIATIF SBY

Pdt. Socratez Sofyan Yoman, bersama narasumber lainnya (OM)
Rencana pemberian Amnesty dan grasi terhadap 25 tahanan politik (Tapol) dari pemerintah Indonesia melalui Kementeriaan Hukum dan HAM Republik Indonesia, bukan inisiatif dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), melainkan ada tekanan dari pihak ketiga.

“Amnesty bagi tahanan politik bukan hati nurani dari seorang pemimpin bangsa, namun adanya Amnesty karena ada tekanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” ujar Pendeta Socratez Sofyan Yoman, disela-sela penyampaian materi dalam seminar yang diadakan oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) sekaligus perayaan HUT AMP yang ke XV, di Wisma Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/5) lalu. 

Menurut Yoman, meningkatnya kasus pelanggaram Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua serta banyaknya kasus serangan kelompok militan terhadap tempat ibadah dan penganut agama minoritas sehingga tekanan grasi atau amnesty tersebut di keluarkan dari pihak ketiga dalam hal ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

“Sangat tidak etis seorang kepala negara keluarkan pernyataan grasi atau amnesty berdasarkan petunjuk dari pihak ketiga,” pungkasnya dalam seminar AMP dengan tema Penentuan Nasib Sendiri Solusi Demokrastis Bagi Rakyat Papua ini.

Lanjut Socratez, sebelumnya presiden pernah mengeluarkan pernyataan bahwa di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak ada yang namanya tahanan politik (Tapol) maupun narapidana politik (Napol). “Pasti presiden kaget dengan tekanan yang datang dari pihak ketiga,”pintahnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, Sebanyak 76 Tahanan Politik/Narapidana Politik (Tapol/Napol) di Lembaga Permasyarakatan (LP) Abepura, Jayapura, Papua, menolak rencana pemberiaan amnesty atau grasi dari pemerintah Indonesia. [Ones Madai].
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar