Jumat, 28 Juni 2013

Rentetan Penembakan “ramaikan” Kota Wakeitei

Ilustrasi Senjata (google.com)
Lagi-lagi, Jumat (28/06), oknum Brimob mengeluarkan rentetan penembakan terhadap warga sipil di daerah Deiyai, Papua. Sejak pagi tadi, kota Deiyai sangat bersahabat dengan bunyi peluru. Situasi kota deiyai, semakin mengganaskan dengan bunyi tembakan. Masyarakat yang ada di sekitar kabupaten deiyai, tidak menjauhi dari bunyi rentetan ini. Namun, mereka semakin mendekati ke arah bunyi senjata tersebut. Semakin perlahan, masyarakat semakin banyak.

Ternyata, tanpa rencana, penginapan Brimob didatangi dan dikelilingi oleh warga setempat. Orang berbondong-bondong terus mamadatinya. Tapi, tembakan tersebut menjadi “receptionis” bagi warga Deiyai. Namun, tidak terjadi pengrusakan. Warga terus, mendatangi kantor Brimob. Brigadir mobil (brimob) yang bertugas di daerah deiyai, melakukan tindakan kekerasan terhadap seorang warga sipil. Pontianus Madai, nama korbannya. Pontianus madai tinggal di Yabadimi, tidak jahu dari pusat kota wakeitei.

Berdasarkan informasi yang saya terima, dari salah satu pemuda deiyai, fery, brimob memukul korban tersebut tanpa alasan yang mendasar. Tidak mabuk juga. Bahkan, korban tersebut tidak biasa mabuk. Fery menceritakan, malam jumat (27/06), ketika lelaki tersebut pulang dari kios seusai belanja gula+kopi+susu, dirinya di hadang oleh sekelompok orang.

Orang-orang tersebut adalah 2 orang pemuda setempat (masih dalam proses identifikasi identitas) dan 2 orang brimob. Para pelaku tidak segang-segang, langsung keluarkan tendangan ke arah korban. Sehingga, pontianus mengalami luka berat di kepala bahkan di anggota badan lainnya. Korban tidak keluarkan pukulan ke arah lawan. Setelah itu, dia melarikan diri ke rumah, yabadimi. Setelah tiba di rumah ia sampaikan kepada rekan-rekan yang ada di rumah.

Dan informasi tersebut menyebar ke seluruh masyarakat deiyai. Tanpa dikomando, secara serentak masyarakat padati jantung kota wakeitei ini. Semakin banyak masyarakat dan mereka menuntut ke kepala suku adat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh perempuan untuk mengusir brimob dari kabupaten deiyai. Secara serentak, hitam diatas putih, segenap masyarakat deiyai, menolak dan tidak izinkan untuk selamanya, mendirikan kantor brimob di kabupaten deiyai. Hal yang sama juga, masyarakat lakukan terhadap Tim Khusus (Timsus), Yonif 753, Arga Vira tama (Arvita) waghete, beberapa tahun yang silam. Jadi, masyarakat tutup kantor brimob adalah yang kedua kali.

Hari semakin sore, cuaca kota waghetepun tidak bersahabat. Alam deiyai, terus menangis. Hujan dan badai menutupi lembah tigi ini. Seakan-akan alam ini, ikut marah terhadap tindakan represif yang di lakukan oleh brimob ini.

Sore tadi, jumat 27/06, Kapolres Paniai, sekaligus sebagai pimpinan kepolisian di daerah itu, menjemput seluruh personil Brigadir Mobil (Brimob) untuk kembali ke kabupaten Paniai. Sebelumnya, Brimob nginap  dan menjadi kantor salah satu rumah dinas milik pemerintah daerah, distrik tigi, kabupaten deiyai. 
Begitulah informasi yang saya terima dari fery melalui telepon seluler, jumat 28-06-2013. Ones Madai. 


Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar